BEKAL PERNIKAHAN
Daftar Isi:
1. Pengertian Pernikahan
2. Dalil Pernikahan dalam Islam
3. Hukum Pernikahan Menurut Islam
4. Syarat Nikah
5. Rukun Nikah
6. Khutbah Nikah
7. Wali Nikah
8. Akad Nikah (Ijab Qabul)
9. Doa Setelah Akad Nikah
10. Ucapan Doa untuk Kedua Mempelai setelah Akad Nikah
11. Pernikahan yang Haram (Dilarang) dalam Islam
12. Hikmah dan Tujuan Nikah
1. Pengertian Pernikahan
“Maka lakukanlah akad nikah dengan wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi; dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.” (QS. an-Nisa’ayat 3).
a. Arti Secara Bahasa
Nikah, sebagai kata, artinya adh-Dhamm (berkumpul) dan al-Jam’u
(bergabung). Seperti ungkapan Nakahat al-Asyjar (Pohon-pohon tumbuh
saling berdekatan dan berkumpul dalam satu tempat). Imam Nawawi
mengatakan, nikah sebagai kata berarti al-Jam’u (bergabung). Kadang
digunakan untuk menyebut ‘aqd nikah, dan kadang pula digunakan untuk
menyebut al-wath`u (hubungan seksual).
Al-Farra’, seorang ahli
bahasa Arab, sebagaimana dikutip an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim
mengatakan: “Orang Arab menyebut organ kewanitaan dengan kata nukah
al-mar‘ah. Jika dikatakan nakaha al-mar’ata, artinya telah menggauli
organ kewanitaannya.”
b. Arti Secara Istilah
Adapun
makna nikah secara istilah sebagaimana didefinisikan Syaikh
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam kitabnya Ittihaf al-Kiram dan Syaikh
Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam Minhaj al-Muslim: “Nikah adalah akad
yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang dengannya dihalalkan
baginya untuk melakukan hubungan seksual.”
Sedangkan Imam
Taqiyyuddin Abubakar bin Muhammad al-Husaini dalam Kifayah al-Akhyar
mendefinisikan nikah sebagai: “Akad yang terkenal yang di dalamnya
terkandung pemenuhan unsur-unsur rukun dan syarat (yang telah
ditentukan) untuk berkumpul.”
c. Penggunaan Kata Nikah dalam al-Quran dan Hadits
Di dalam al-Quran, kata nikah dan berbagai bentuknya disebutkan
sebanyak 24 kali dalam beberapa surah. Dalam al-Quran dan hadits, kata
ini adakalanya digunakan untuk menyebut akad nikah dan adakalanya juga
digunakan untuk menyebut suatu hubungan seksual.
Contoh menikah
yang artinya akad nikah adalah firman Allah Swt.: “Maka lakukanlah akad
nikah dengan wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS.
an-Nisa’ ayat 3). Begitupula firman Allah dalam QS. an-Nisa ayat 22.
Adapun contoh menikah yang artinya melakukan hubungan seksual ada dalam
firman Allah Swt.: “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak
yang kedua), perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia melakukan
hubungan seksual dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain
itu menceraikannya, tidak ada dosa bagi keduanya (mantan suami pertama
dan istri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah diterangkanNya
kepada kaum yang (mau) mengetahui.” (QS. al-Baqarah ayat 230).
Contoh dari hadits yang menunjukkan makna nikah melakukan hubungan
seksual adalah sabda Rasulullah Saw.: “Lakukanlah segala sesuatu (dengan
istrimu yang sedang haidh) kecuali nikah (jima’).” (HR. Muslim).
Ketika makna nikah mempunyai dua arti, yaitu akad nikah dan melakukan
hubungan seksual, bagaimana kita membedakan dua arti tersebut di dalam
suatu pembicaraan?
Para ulama membedakan keduanya dengan
keterangan yang disebutkan Imam Abubakar al-Husaini dalam Kifayah
al-Akhyar: “Jika dikatakan bahwa seorang laki-laki menikah dengan
seorang perempuan lain, yaitu Fulanah binti Fulan, artinya bahwa
laki-laki tersebut melakukan akad nikah dengannya. Jika dikatakan bahwa
seorang laki-laki menikah dengan istrinya, artinya laki-laki tersebut
melakukan hubungan seksual dengannya.”
Pernikahan atau
perkawinan dalam istilah fiqh Islam adalah suatu akad atau transaksi
yang menyebabkan menjadi halal atau legalnya hubungan seksual antara
seorang laki-laki dan perempuan dengan memakai kata nikah berbahasa Arab
(أَنْكَحْتُكَ) atau tazwij (زَوّجْتُكَ) atau terjemahannya dalam bahasa
setempat. (Imam ar-Ramli, Nihayat al-Muhtaj juz 6 halaman 138).
Dalam pengertian umum, pernikahan atau perkawinan adalah upacara
pengikatan janji nikah yang dilaksanakan oleh calon mempelai pria dan
wanita dengan tujuan melegalkan hubungan dua lawan jenis yang akan hidup
dalam satu atap, legal secara norma agama, norma hukum dan norma
sosial.
2. Dalil Pernikahan dalam Islam
فَانكِحُوا مَا طاب لَكُم مِّنَ النِّساءِ مَثْنى وَ ثُلَث وَ رُبَعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تَعْدِلُوا فَوَحِدَةً
“Maka nikahilah perempuan yang kamu senangi dua, tiga atau tempat.
Tetapi jika kamu khawatur tidak berlaku adil, maka (nikahilan) seorang
saja.” (QS. an-Nisa’ ayat 3)
تزوجوا الوَدود الوَلود ، فإني مكاثر بكم الأمم يوم القيامة
“Menikahlah dengan perempuan yang subur dan disenangi. Karena aku ingin
(membanggakan) kalian (kepada para Nabi yang lain) dengan banyaknya
umatku di hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban, Hakim dan Ibnu Majah).
Dan masih banyak lagi ayat maupun nash hadits yang membahas tentang pernikahan.
3. Hukum Pernikahan Menurut Islam
a. Wajib bagi yang tidak dapat membendung lagi gejolak syahwat
seksualitasnya, sehingga sangat dikhawatirkan jatuh ke dalam perzinahan.
b. Sunnah bagi yang ingin menikah (ada kebutuhan seksual), dengan
syarat memiliki biaya untuk pernikahan seperti biaya mahar (maskawin)
dan ongkos perkawinan.
c. Makruh bagi yang tidak mempunyai hasrat dan tidak ada biaya mahar dan ongkos perkawinan.
d. Haram dalam beberapa situasi (baca poin 11).
4. Syarat Nikah
a. Wali
b. Dua saksi
c. Calon istri tidak diharamkan menikah dengan calon suami
d. Ijab qabul yaitu ucapan wali untuk menikahkan calon mempelai wanita
dan jawaban dari calon pria. Seperti ucapan wali “Aku nikahkan putriku
denganmu”. Dan jawaban calon suami “Saya terima nikahnya”.
Syarat Wali dan Saksi: (a) harus muslim; (b) aqil baligh dan normal
(anak kecil dan orang gila tidak boleh). (c) adil (orang yang tidak
melakukan dosa besar).
Khusus untuk saksi ada syarat tambahan
yaitu harus normal pendengaran dan penglihatannya. (HR. Ahmad no. 8697,
Abu Dawud no. 2085, at-Tirmidzi no. 1101 dan al-Hakim juz 2 halaman
185).
5. Rukun Nikah
Rukun adalah perkara yang harus terpenuhi saat akad nikah berlangsung. Rukun nikah ada 5 (lima):
a. Pengantin lelaki
b. Pengantin perempuan
c. Wali pengantin perempuan
d. Dua orang saksi
e. Ijab dan Qabul
6. Khutbah Nikah
Membaca khutbah nikah adalah sunnah. Jadi bukan syarat sahnya
pernikahan. Boleh dilakukan boleh ditinggalkan. Berikut contoh teks
khutbah dalam bahasa Arab.
a. Khutbah Nikah yang Biasa Dipakai
الحمد لله المحمود بنعمته، المعبود بقدرته، المطاع بسلطانه، المرهوب من
عذابه وسطوته، النافذ أمره في سمائه وأر ضه، الذي خلق الخلق بقدرته، وميزهم
بأحكامه وأعزهم بدينه، وأكرمهم بنبيه صلى الله عليه وسلم. إن الله تبارك
اسمه وتعالت عظمته، جعل المصاهرة سببا لاحقا، وأمرا مفترضا، وخلق من الماء
بشرا، فجعله نسبا وصهرا، خلق آدم ثم خلق زوجه حواء من ضلع من أضلاعه
اليسرى. فلما سكن إليها قالت الملائكة مه يا آدم حتى تؤدي لها مهرا. قال
وما مهرها؟ قالوا أن تصلي على محمد ختم الأنبياء وإمام المرسلين. فوفى
المهر وخطب الأمين جبريل عليه السلام، وزوجها له على ذلك الملك القدوس
السلام. وشهد إسرافيل وميكائيل وبعض المقربين بدارس السلام، فصار ذلك سنة
أولاده على تعاقب السنين
أحمده أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها، وجعل بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لآيت لقوم يتفكرون، وأشكره أن جعلكم
شعوبا وقبائل بالتناسل الذي هو أصل كل نعمة، وأشهد ان لاإله إلا الله مبدع
نظام العالم على أكمل الحكمة. لاإله إلا هو، تبارك الله رب العلمين. وأشهد
أن سيدنا محمدا رسول الله حبيب الرحمن ومجتباه القائل: حبب إلي من دنياكم
النساء والطيب، وجعلت قرة عينى في الصلاة. وقال يامعشر الشباب من استطاع
منكم الباءة فلبتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج فمن لم يستطع فعليه بالصوم
فإنه له وجاء، فطوبى لمن أقر بذلك عين رزول الله صلى الله عليه وسلم وعلى
آله وصحبه أجمعين.
أما بعد، فإن النكاح من السنن المرغوبة التي عليها
مدار الاستقامة، إذ من تزوج فقد كمل نصف دينه، كما أخبر بذلك الحبيب
المبعوث من تمهامة «مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الإيمَانِ
فَلْيَتَّقِ الله في النِّصْفِ البَاقِي
وقال: تناكحوا تناسلوا،
فإني مباه بكمم الامم يوم القيامة. وأيضا: » إذا أَتاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ
خُلُقَهُ وَدِينَهُ فَأَنْكِحونُ، إِلا تَفْعلوا تَكُنْ فِتْنَةٌ في
الأَرْضِ وَفَسادٌ عَريضٌ . وقد حث عليه المنان بقوله: وَأَنكِحُوا
الْأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن
يَكُونُوا فُقَرَاء يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ. وهذا عقد مبارك ميمون واجتماعلى حصول خير يكون، إن شاء الله الذي
إذا اراد شيئا أن يقول له كن فيكون.
أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم ولوالدي ولوالديكم لومشايخي ومشايخكم ولسائر المسلمين فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
استغفر الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه
أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله صلى الله عليه وسلم.
b. Khutbah Nikah Pendek berdasar Hadits Ibnu Mas’ud Riwayat Abu Dawud
الحمدُ لله نَستعينُهُ ونستغفرُهُ، ونعوذُ بهِ من شُرورِ أنفُسِنَا، من
يهدِ الله فلا مُضلَّ لهُ، ومن يُضلل فلا هاديَ لهُ، وأشهدُ ان لا إله إلا
الله وأشهدُ أن محمدًا عبدُه ورسوله
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللهَ
الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءامَنُواْ اتَّقُواْ اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ . يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
7. Wali Nikah
Dalam Islam, calon pengantin perempuan harus dinikahkan oleh walinya.
Tidak boleh menikahkan dirinya sendiri. Wali nikah yang utama adalah
ayah kandung, kalau tidak ada maka diganti kakek, kemudian saudara
kandung, seterusnya lihat keterangan di bawah.
a. Urutan Wali Nikah
Urutan wali dan yang berhak menjadi wali nikah adalah sebegai berikut:
1. Ayah kandung
2. Kakek, atau ayah dari ayah
3. Saudara seayah dan seibu
4. Saudara seayah saja
5. Anak laki-laki dari saudara yang seayah dan seibu
6. Anak laki-laki dari saudara yang seayah saja
7. Saudara laki-laki ayah
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah
Urutan wali di atas harus dijaga. Kalau wali nomor urut 1 masih ada dan
memenuhi syarat, maka tidak sah pernikahan yang dilakukan oleh wali
nomor urut 2 dan seterusnya.
Wali yang paling berhak juga boleh mewakilkan perwaliannya pada orang lain yang dipercaya seperti tokoh agama atau petugas KUA.
Apabila perempuan berada di suatu negara yang tidak ada wali hakim,
maka sebagai gantinya adalah tokoh Islam setempat seperti imam masjid
atau ulama yang dikenal.
b. Syarat Menjadi Wali Nikah
Walaupun sudah termasuk golongan yang berhak menjadi wali nikah, belum
sah menjadi wali nikah sampai syarat-syarat berikut terpenuhi:
1. Islam (beragama Islam). Tidak sah wali kafir selain kafir Kitabi (Yahudi dan Kristen yang masih murni boleh menjadi wali).
2. Aqil (berakal sehat). Tidak sah wali yang akalnya rusak.
3. Baligh (sudah usia dewasa) tidak sah wali anak-anak.
4. Laki-laki. Tidak sah wali perempuan.
Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni menyatakan bahwa sah
hukumnya seorang ayah nonmuslim menjadi wali nikah untuk putrinya yang
menikah dengan pria muslim. Hal ini berdasarkan pendapat dari madzhab
Hanafi dan Syafi’i. Ibnu Qudamah berkata:
إذا تزوج المسلم ذمية,
فوليها الكافر يزوجها إياه . ذكره أبو الخطاب. وهو قول أبي حنيفة,
والشافعي ; لأنه وليها , فصح تزويجه لها , كما لو زوجها كافرا, ولأن هذه
امرأة لها ولي مناسب, فلم يجز أن يليها غيره, كما لو تزوجها ذمي.
(HR. Ahmad no. 4250, Abu Dawud no. 2083, Ibnu Majah no. 1839, Ibnu
Hibban no. 4074, al-Hakim no. 2182, Subul as-Salam juz 3 halaman 118 dan
Fath al-Bari juz 9 halaman 191).
c. Wali Hakim
Wali
hakim dalam konteks Indonesia adalah pejabat yang berwenang menikahkan.
Yaitu, hakim agama, petugas KUA, naib, modin desa urusan nikah.
(Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1952). Wali hakim baru
boleh menjadi wali nikah dalam 3 hal sebagai berikut:
1. Wali
dari anak zina: Seorang anak zina perempuan nasabnya dinisbatkan pada
ibunya. Karena ibu tidak dapat menikahkan, maka wali hakim yang dapat
menjadi walinya.
2. Semua wali tidak ada: Wali hakim dapat menjadi wali nikah apabila semua wali nikah tidak ada.
3. Wali tidak ada yang setuju tanpa alasan syar’i: Wali hakim juga
dapat menjadi wali nikah apabila semua wali nikah yang ada menolak
menikahkan dengan alasan yang tidak sesuai syariah. (Al-Muhadzdzab juz 2
halaman 37 dan al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah juz 4 halaman 33).
d. Wali Pergi dalam Jarak Qashar
Apabila wali yang terdekat pergi dalam jarak perjalanan qashar (dua
marhalah/84 km), maka wali hakim boleh menjadi pengganti wali tersebut.
ولو ) ( غاب ) الولي ( الأقرب ) نسبا ، أو ولاء ( إلى مرحلتين ) ، أو أكثر
ولم يحكم بموته وليس له وكيل حاضر في تزويج موليته زوج السلطان ) لا
الأبعد وإن طالت غيبته وجهل محله وحياته لبقاء أهلية الغائب وأصل بقائه
والأولى أن يأذن للأبعد ، أو يستأذنه خروجا من الخلاف
“Apabila
wali nasab terdekat bepergian dalam jarak dua marhalah (qashar) atau
lebih jauh dan tidak ada status kematiannya serta tidak ada wakilnya
yang hadir dalam menikahkan perempuan di bawah perwaliannya maka Sultan
(Wali Hakim) dapat menikahkan perempuan itu. Bukan wali jauh walaupun
kepergiannya lama dan tidak diketahui tempat dan hidupnya. Hal itu
karena tetapnya status kewalian wali yang sedang pergi. Namun yang lebih
utama meminta ijin pada wali jauh untuk keluar dari khilaf ulama.”
(Nihayat al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj pada bab “Fashlun fi mawani’
al-wilayat an-nikah”).
8. Akad Nikah (Ijab Qabul)
Prosesi nikah terpenting adalah pada saat akad nikah (ijab qabul).
Dimana wali calon mempelai perempuan menikahkan putrinya dengan calon
pengantin laki-laki (ijab) dan calon pengantin laki-laki menjawabnya
(qabul) sebagai tanda menerima pernikahan tersebut. Wali juga dapat
mewakilkan pada wakil wali yang ditunjuk wali untuk menikahkan putrinya.
Yang bertindak sebagai wakil biasanya petugas KUA atau tokoh agama
setempat.
a. Teks bacaan akad nikah langsung oleh wali:
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام علي اشرف
الانبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلي اله وصحبه اجمعين. اما بعد.
اوصيكم عباد الله واياكم بتقوي الله. ازوجك علي ما امر الله به من امسا ك او تسريح باحسان.
واحل الله لكم النكاح وحرم عليكم السفاح
يا … انكحتك وزوجتك بنتي … بمهر – الف روبية حالا / مؤجلا
Ankahtuka wazawwajtuka binti... (sebutkan namanya) bimahri... (sebutkan jumlah maskawinnya) haallan.
“Aku menikahkanmu dengan putriku bernama... (sebutkan nama) dengan maskawin... (sebutkan jumlah maskawinnya).”
b. Teks bacaan akad nikah oleh wakil wali
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام علي اشرف
الانبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلي اله وصحبه اجمعين. اما بعد.
اوصيكم عباد الله واياكم بتقوي الله. ازوجك علي ما امر الله به من امسا ك او تسريح باحسان.
واحل الله لكم النكاح وحرم عليكم السفاح
يا … انكحتك وزوجتك فاطمة بنت سالم موكلي بمهر – الف روبية حالا / مؤجلا
Ankahtuka wazawwajtuka binti... (sebutkan namanya) muwakkili bimahri... (sebutkan jumlah maskawinnya) haallan.
“Aku menikahkanmu dengan putriku bernama... (sebutkan nama) yang
walinya mewakilkan kepadaku dengan maskawin... (sebutkan jumlah
maskawinnya).”
c. Teks qabul pengantin putra kepada wali
Ketika wali nikah atau wakilnya selesai mengucapkan ijab, maka
pengantin laki-laki langsung merespons/menjawab dengan ucapan berikut:
قبلت نكاحها وتزويجها بالمهر المذكور. Qabiltu nikaahahaa watazwiijahaa
bilmahril madzkur. “Saya terima nikahnya dengan mahar/maskawin
tersebut.”
9. Doa Setelah Akad Nikah
Setelah ijab
qabul dilaksanakan antara wali atau wakil wali dengan mempelai
laki-laki, acara dilanjutkan dengan membaca sebagai berikut:
الحمد لله رب العالمين. والصلاة والسلام علي اشرف الانبياء والمرسلين. وعلي
اله وصحبه اجمعين. حمدا يوافي نعمه ويكافي مزيده. يا ربنا لك الحمد كما
ينبغي لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطانك.
اللَهُمَّ صَلِّ عَلَي
سَيِّدِنَا مُحمَدٍ صَلاَةٌ تُنْجيْنَا بِهَا مِنَ جَمِيْعَ الأهَوْاَلِ
وَالأَفَاتِ وَتَقْضِي لَنَا بها جَمِيعَ الحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا
مِنْ جَمِيْعِ السَيّئاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَي
الدَرَجَاتِ وَتُبَلّغُنَا بِهَا أَقْصَي الغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ
الخَيرَاتِ فِي الحَيَاةِ
وَبَعْدَ المَمَاتِ
انك سميع قريب مجيب الدعوات يا قا ضي الحاجات، يا مجيب السا ئلين
اللهم الف بينهما كما الفت بين ادم وحواء والف بينهما كما الفت بين سيدنا محمد ص.م. وخديجة الكبري.
اللهم لاتدع لنا في مقامنا هذا ذنبا الا غفرته ولا هما الا فرجته ولا حاجة
من حوائج الدنيا والاخرة لك فيها رضا ولنا فيها صلاح الا قضيتها ويسرتها
فيسر امورنا واشرح صدورنا ونور قلوبنا واختم بالصالحات اعمالنا. اللهم
توفنا مسلمين واحينا مسلمين والحقنا بالصالحين غير خزايا ولا مفتونين.
ربنا هب لنا من ازواجنا وذرياتنا قرة اعين واجعلنا للمتقين اماما. ربنا
اغفر لنا ولوالدينا وارحمهما كما ربيانا صغارا. ربنا اتنا في الدنيا حسنة
وفي الاخرة حسنة وقنا عذاب النار. والحمد لله رب العالمين.
10. Ucapan Doa untuk Kedua Mempelai setelah Akad Nikah
Masing-masing yang hadir disunnahkan mengucapkan doa berikut pada
pengantin laki-laki: “Baarakallahu laka. Wabaarakallahu ‘alaika.
Wajama’a bainakumaa fii khairin.” بارك الله لك، وبارك الله عليك، وجمع
بينكما في خير.
Masing-masing yang hadir disunnahkan
mengucapkan doa berikut pada kedua mempelai: “Baarakallahu likulli
waahidin minkumaa fii shaahibihi. Wajama’a bainakumaaa fii khairin.”
بارك الله لكل واحد منكما في صاحبه، وجمع بينكما في خير.
11. Pernikahan yang Haram (Dilarang) dalam Islam
Pernikahan adakalanya hukumnya haram, dalam situasi berikut:
a) Perempuan menikah dengan orang laki-laki nonmuslim
b) Laki-laki menikah dengan nonmuslim yang bukan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani murni).
c) Menikah dengan pelacur atau wanita hamil
d) Pernikahan dalam masa idah cerai atau kematian
e) Poliandri (perempuan menikah dengan lebih dari satu laki-laki)
f) Poligami lebih dari empat
g) Laki-laki menikah dengan dua perempuan bersaudara (boleh menikah dengan salah satunya).
h) Nikah Misyar bagi Wahabi dan Nikah Mut’ah bagi Syi’ah (kawin kontrak).
12. Hikmah dan Tujuan Nikah
Diantara hikmah dan tujuan pernikahan dalam syari’at Islam adalah bahwa
pernikahan dapat menenteramkan jiwa. Dengan perkawinan orang dapat
memenuhi tuntutan nafsu seksualnya dengan rasa aman dan tenang, dalam
suasana cinta kasih, dan ketenangan lahir dan bathin.
Disamping
itu, pernikahan juga dapat menghindarkan seseorang dari perbuatan
maksiat. Salah satu kodrat manusia adalah penyaluran hasrat biologis.
Dorongan biologis dalam rangka kelangsungan hidup manusia berwujud nafsu
seksual yang harus mendapat penyaluran sebagaimana mestinya. Penyaluran
nafsu seksual yang tidak semestinya akan menimbulkan berbagai perbuatan
maksiat, seperti perzinaan, yang mengakibatkan dosa dan dapat
menimbulkan penyakit yang mencelakakan.
Hikmah dan tujuan
lainnya, pernikahan itu untuk melanjutkan keturunan. Memang manusia bisa
berkembang biak dengan berhubungan seksual tanpa melalui pernikahan,
tetapi akibatnya akan tidak jelas asal-usulnya atau jalur silsilah
keturunannya. Dengan demikian, jelas, disamping melestarikan keturunan,
pernikahan juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar