Sabtu, 04 Januari 2014

Jancokkkkk, dampuuuuuttttttttttt

Untuk kawasan daerah jawa (Jawa Timur khususnya) kata Jancok, Damput, Asu, dan Ngateli tidaklah asing ditelinga mereka. Kata-kata ini sangat ngetrend untuk anak usia muda di seluruh jawa timur (surabaya khususnya), karena seolah kata ini sebagai bahasa gaul sesama mereka  yang tidak menyinggung satu sama lain.
“hoi yok opo kabare cok?”
“wapik ae su, kon ratau ketok tak kiro wes modar cuk”
“hwhahahah matamu matamu modar  cok”
walau terdengar sangat akrab, tetapi hanya untuk kalangan mereka sendiri, untuk orang tua atau orang lain masih terdengar tidak enak karena arti sebenarnya adalah perkataan kotor.
Jancok atau Jancuk
Awal mula kata ini sebenarnya diencuk yang artinya di tusuk dalam bersetubuh, dari kata “encuk”. Kemudian seiringnya waktu berubah menurut lidah yang dirasa pas oleh pengguna. Diancok, diancuk,djancok, jancuk, dancok, dancuk.
Damput
Kata ini maknanya tidak jauh beda dari kata diancuk. Damput berasal dai kata di amput yang artinya di apit dalam hal persetubuhan. Dari kata diamput kemudian berubah menjadi damput.
Asu, Jaran, Wedus, Jangkri
Sepertinya kata ini tidak perlu dibahas karena semua sudah tahu kata ini adalah penyebutan hewan yang tentu hewan kelasnya lebih hina dari pada manusia karena setiap manusia tidak akan mau disamakan dengan hewan
“oh, pancen  raimu koyok wedhus “
(”oh, memang wajahmu seperti kambing”)
Ngateli
Kata ini dari kata “gatel” (gatal) tetapi di imbuhi “li” yang artinya pel* . Dalam bahasa indonesia artinya menunjuk kepada kemaluan lelaki (penis). Jadi,  kata ngateli ini artinya gatal pada kemaluan lelaki.
Ngapleki
Menurut penulis, kata ini bukan cenderung kotor, karena artinya sendiri adalah ngeselin, “arek iku jan nguapleki”  (anak itu sangat ngeselin). untuk kata ngapleki ini lebih booming di kediri yang biasa sering diplesetkan “gaplek asale soko telo” dari sebuah lagu
Gethuk, asale soko telo Moto ngantuk, iku tambane opo?
Getuk asale soko telo
Yen ra petuk atine rodo gelo
Jo ngono mas
ojo-ojo ngono
kadung janji mas
aku mengko gelo
serrrr semonggkoo :D
Untuk kata-kata di atas (kecuali ngapleki) cenderung sangat kasar sebenarnya untuk orang jawa, karena orang jawa terkenal dengan sopan santun dan tata krama yang tinggi terutama pada orang yang lebih tua.
Untuk pengucapan kata kowe (kamu) saja tidak di anjurkan untuk anak-anak karena dikhawatirkan nanti terbiasa mengucapkan kata kowe pada orang yang lebih tua sehingga orang tua sering mengatakan “kowe itu artine anake ketek, sing bener kuwi sampean” (”kowe itu artinya anaknya kera, yang benar iyu sampean”) karena sampean dirasa lebih halus dari pada kowe. Dalam interaksi sehari-hari kata kowe ini jarang digunakan oleh orang jawa karena seperti kata orang tua pada anaknya “kowe itu artinya anaknya kera” sehingga lebih pada koen dan awakmu untuk percakapan sebaya dan percakan lebih halus menggunakan kata sampeyan dan panjenengan untuk menghormati orang yang di ajak bicara.
Nah, permasalahannya biasanya terjadi pada bukan orang jawa, semisal orang sunda yang ingin tahu bahasa jawa biasanya emang di sesatkan buat ketawa-ketawaan dengan mengatakan arti kata kamu adalah kowe padahal untuk orang jawa sendiri setiap kata memiliki arti dan makna
kowe = kamu  (kasar)
sampeyan = kamu (halus untuk seumuran)
panjenengan = kamu (sangat halus dan biasa untuk percakapan dengan orang yang usianya lebih tua sebagai pertanda yang muda menghormati yang tua)
Jancuk Sebagai Ungkapan Protes/Tantangan
Untuk orang jawa, kata Jancok ini maknanya sangat dalam. Sesungguhnya ini ekspresi kemarahan luar biasa, kata jancuk ini di ibaratkan seperti gas yang apabila di siramkan ke api akan semakin berkobar apinya, begitu pula saat orang mengucapkan Jancuk ketika dia marah, ini merupakan puncak dari kemarahan dan apabila lawan yang di katain Jancuk membalas kata tersebut dengan ucapan Jancuk pula, sudah pasti terjadi duel antara mereka berdua.
Jika anda memiliki ayam jantan, ketika ayam jantan melihat ayam jantan lain yang memasuki daerahnya dia akan langsung berkokok, dan apabila ayam jantan dari wilayah lain ikut berkokok ini pertanda ayam dari daerah lain intu memang ingin menantang penguasa daerah tersebut. seperti kokokan ayam jantan, jika 2 orang yang sama-sama marah berucap jancuk.
Bagaimana Jancuk Tetap Exis
Walau setiap orang tua atau pun guru tidak membolehkan serta tidak mengajarkan kata ini, tetapi kata ini telah mendarah daging pada orang jawa (jawa timur khususnya) bahkan menurut sejarahnya kata ini sebenarnya maknanya tinggi untuk pengobar semangat saat era perjuangan seperti yang di ceritakan guru saya yang konon kata ini adalah suatu penghormatan pada komandannya
“kepada komandan djancok hormatttt grak”
Namun kebenaran akan hal ini belum bisa dibuktikan tetapi yang pasti di era perjuangan kata Jancuk ini umpatan kepada para penjajah.
Dalam pergaulan Kata Jancok lebih banyak muncul dari mulut lelaki muda, walau tidak menutup kemungkinan wanita dan orang tua. Muncul dari para golongan muda lelaki karena saat umur-umur remaja (muda) ini dia ingin menunjukkan ke existentiannya, ada suatu kebanggaan tersendiri jika disebut sebagai anak nakal seperti anak-anak kelas SD dan SMP yang masih berseragam tetapi dengan bangganya merokok di pinggir jalan, yah cuma ingin disebut sebagai jagoan (nakal) bahwa nakal itu identik dengan melanggar tatanan,  melanggar larangan.
Sedang untuk golongan wanita dan orang tua ada norma tidak terlihat yaitu tidak pantas.  Wanita identik dengan halus lembut tidak pantas berucap Jancok (maupun kata kotor lainnya) jika ada wanita berucap demikian, orang secara langsung akan mengatakan dalam hati “dia wanita nakal, tak pantas kata itu keluar dari mulut wanita“.  Sedangkan orang tua juga tidak pantas karena ada istilah “semakin tua semakin insyaf/tobat bukan semakin kumat (nakal)”.
Efek Negative Jancok
Apabila kata ini hanya untuk basa-basi pergaulan dengan sesama teman tidak akan berdampak negative tetapi justru tambah mempererat persahabatan antar mereka, bahwa perkataan keras kotor yang identik dengan tantangan dibuat guyonan dan ketawaan tanpa ada rasa sakit hati antara mereka, akan tetapi jika dalam kondisi marah kata ini juga akan terucap. Permasalahan sebenarnya adalah pada pasangannya (yaitu wanita). Jika wanitanya bukan dari jawa dan tidak tahu artinya mungkin tidak masalah (seperti orang indonesia di katain fuck you, tidak akan berpengaruh apa-apa) akan tetapi jika dari jawa tentu rasanya sakit dan perih jika orang yang disayanginya mengucapkan kata Jancuk atau kata kotor yag lain, seolah ulu hati tertusuk dan dapat di pastikan si wanita akan menangis.  Oleh karena itu untuk para lelaki mari kita jangan sampai ucapkan kata jancok saat marah kepada wanita, terutama untuk para wanita yang kita sayangi.


Jika ada gas pengobar api semakin membara, tentu ada air pendingin api supaya padam, maka air pendingin serta peredam itu adalah kata Astaghfirullah. Selanjutnya, gas atau air sebagai kebiasaan adalah pilihan pribadi masing-masih yang tentu semua memiliki dampaknya bagi diri sendiri atau orang disekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar